Manusia itu seperti medan magnet,
mampu menarik sesuatu ke dalam hidupnya secara tak terduga. Manusia mampu
menarik satu sama lain yang sefrekuensi. Frekuensi itu sendiri terbentuk
melalui pikiran dan perasaan. Sumber pemancarannya adalah hati karena hati adalah
radar terkuat di alam semesta. Maka, berhati-hatilah dengan hatimu, dengan
pikiran dan perasaanmu. Karena Allah beserta para malaikatnya, dan sunatullah
semesta yang berjalan dalam ruang dan waktu, selalu merespons apa yang kamu
pikirkan, apa yang kamu rasakan, apa yang kamu katakan juga yang kamu percayai.
Jika pikiran dan perasaanmu positif, akan ada banyak hal positif di sekitarmu.
Begitu juga sebaliknya.
Kalimat diatas merupakan kutipan
buku Cinta Dalam Ikhlas karya Kang Abay yang mengingatkanku dengan sebuah hadits “Aku sebagaimana prasangka hambaku
kepada-Ku. Aku bersamanya jika ia berdoa kepada-Ku” (HR. Turmudzi)
Buku ini menceritakan perjalanan
kehidupan Atharisena dengan penuh kesabaran, rasa syukur, dan keyakinan kepada
Allah SWT atas semua kehendak yang Allah berikan. Semua terjadi karena
rencana-Nya. Tidak ada satu pun kejadian yang luput dari sebuah grand
design-Nya. Seperti pertemuan dan perpisahan, kita dipertemukan dengan
orang-orang pilihanNya tentu dengan maksud dan tujuan, seperti disatukan
ataupun dipisahkan atas izin dan ridha-Nya. Ketika Dia mempertemukan untuk
memisahkan atau ketika dia memisahkan untuk mempertemukan. Buku yang tidak
hanya mengajarkan tentang arti “mengikhlaskan”
tetapi juga arti mencintaNya, jangan-jangan kita lebih mencintai ‘seseorang’ padahal rasa cinta itu
datangnya dari Allah dan cinta yang hakiki hanya untuk Allah :’) maka ketika
akan menikah pertanyakan kembali apa tujuan menikah? Bukan hanya sekedar untuk
bahagia, tetapi untuk ibadah dan meraih ridha Allah.
Buku pertama kang abay ini ringan
untuk dibaca selain karena seperti novel tetapi setiap part demi partnya selalu
ada hikmah atau pelajaran yang bisa kita ambil dan kalian wajib membeli buku Cinta
Dalam Ikhlas ini terutama kalian
yang sedang berproses mengikhlaskan atau yang sedang menunggu jodoh dalam
ketaatan :’)