Minggu, 10 November 2013

Re-Post



hello dear :)
*ehem* disini aku mau cerita sedikit tentang seseorang yang sangat berjasa dalam hidup kita, biasa kita sebut bapak, ayah , papa, abah atau apapun panggilannya jelas beliau adalah orang yang kita sayang

really, i miss you :’)
DULU aku menganggap sosok ayah itu sebagai seorang yang kadang nyebeliiiin banget, orang yang sukanya  marahin kita kalo pulang malem, ngelarang kita maen sepulang sekolah, ngelarang pacaran, ngelarang nonton konser ,inilah itulah. dan aku menganggapnya udah kayak bodyguard yang ‘guard’ banget deh pokoknya.
lalu dengan kesalnya (baca: sekarang sangat menyesal) aku ngedumel dalam hati “kenapa sih,aku punya ayah kayak gini? kenapa ayahku gak kayak ayahnya dia yang ..blaa.blaaaa..blaa” dan segala jenis keluh kesah yang lain
the day, begin
SUBUH
“tok!tok!tok!!! dek, bangun sholat subuh!!! tok..tok..tok..!! dek bangun! sholat dulu! ” NAH INI NIH yang bikin aku kesel tiap pagi, disuruh sholat subuh,padahal lagi enaknya berselimut ria,
“toktoktok!!” akhirnya ayah masuk dan membuka surga selimutku, *brrrr~ dingin tauk! (batinku) oke, dengan berat hati aku ambil air wudhu-sholat kilat-tidur lagi.
“heh heh ,ngaji dulu! tidurnya nanti lagi” *kalo ngaji kapan aku tidurnya -_- ,oke aku mengaji sambil terkantuk-kantuk dan tidur dipagi hari? itu hal yang sulit kulakukan. tapi aku sudah terbiasa ubtuk hal semacam ini.
DZUHUR
“Tiiin tiin” aku dijemput, goodbye friend i should to go home right now :) kelayapan setelah pulang sekolah itu sangat dihindarkan kecuali kalau malam minggu. hell yeah, anak sekolah .
sampai dirumah, turun dari mobil. melihat mobil bergerak mundur tanda aku ditinggalkan dirumah dengan mbak-mbak yang beresin rumah, “yeah, i’m free without your rule dad” tapi tetap saja ,rutinitasnya adalah Sholat-dzuhur- doin’ anything i wanna do” .
ASHAR
“tin!tin!” bunyi klakson dua kali itu pertanda bahwa kegiatan pekerjaan orang tuaku sudah berakhir jam 16.00 . kalau sudah begini yaa aku langsung beresin semuaa yang aku berantakin, minimal jadiin agak enak dipandanglah, dan tentunya pura-pura  ambil air wudhu, biar gak dimarahin gitu . “huh, cepet banget sih pulangnya”
MAGHRIB
“ayo tv nya dimatiin dulu, sholat maghrib!” . Well, TV non-aktif dan semuanya langsung ambil persiapan sholat maghrib berjamaah, dengan sedikit ksal karena tv dimatikan mendadak aku melakukan rutinitas ini. “padahal lagi asyik banget kartunnya :( ” batinku sih bilang gitu. oke sholat maghrib berjamaah berjalan dan dilanjutkan dengan mengaji.
06.30
nonton tv aaah~
*tiba-tiba terdengar dari suara kamar ayahku*
“ayo belajar dulu, nanti nonton tv-nya habis isya!”
wow wow wow, aku banting pintu kamar (bantingnya gak keras soalnya takut) dan aku belajar (kalo lagi moood) ,kadang juga nge-hidupin tv tanpa volume suara dikamar *kamardikunci* arrgh!!!! kapan aku bisa bebas!!
PLEASE! DON’T LEAVE ME!
ISYA
“sholaat!!!ayo isya dulu !!!” -rutinitas, aku lakukan.
19.25
“ayah mau kemana?”
“mau badminton”
“mau aku bikinin minum apa?”
“aqua campur energydrink itu aja”‘
…………………………………………………..
“assalamualaikum,berangkat dulu”
daaaaaaaaaaaan perasaanku mulai ganjal, tapi aku benar-benar tak menanggapinya
20.00
aku tidur awal, masih dalam remote tv di genggamanku dan kasur dan segala perangkat tidur lainnya.
*tiba-tiba*
-kring!!!! kring!!!! kring!!!! kring!!!! kring!!!! kring!!!! kring!!!! kring!!!!-  tak ada yg mengangkat telfon, aku hendak beranjak ,tapi deringan telfon itu berhenti.
*lagi*
kring!!!! kring!!!! kring!!!! kring!!!! kring!!!! kring!!!! – baru aku hendak berbaring lagi ibuku berteriak dari kamarnya
“Lia!!! cepat ganti baju, ayah jatuh!”
FEEL SO LOST :'(
*DEG* speechless, cepat cepat aku ganti bajuku dan naik mobil menuju RS untuk mengetahui apa yang terjadi,
selama dalam perjalanan, ibuku hanya terdiam dan berdo’a. aku sama sekali tidak berani untuk bertanya, pikiran aneh-aneh mulai membayangiku, aku hampir menangis, tapi aku tahan, karena aku tak mau membuat ibuku panik.
aku tahu betul kegelisahan ibuku, beliau mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi dan ia hampir tak memperdulikan rambu lalu lintas, sempat beberapa klakson terdengar membentak mobil kami, karena ibuku yang “ngawur” banget nyopirnya.
08.20
aku sampai di RS ! Itu!! itu mobil yang ayah pakai waktu berangkat tadi, tapi…. mana ayahku? kenapa orang-orang menangis?! aku mulai tak bisa menahan air mata yang aku tahan sedari tadi. aku beranikan untuk masuk ruangan bertirai hijau itu.
itu…. itu ayahku, iya dia ayahku
aku dapatkan alm. terbaring pucat di tempat tidur pasien, dalam posisi tangan diatas perut, sudah ditali dengan kain tipis, aku lihat saudaraku sudah menangis memeluk ayahku yang terbujur kaku itu, aku tak bisa berkata apapun, tangisan ibuku pecah, semua yang ada dalam ruangan itu -menangiis- aku terduduk dalam tangisanku, nama ayah selalu aku panggil sambil menangis, walaupun aku tahu itu tak akan membuat ayah kembali. kulihat satu persatu kerabat karib alm datang – melihat keadaan ayahku – mereka menangis – itu memberikan aku isyarat bukan hanya aku dan keluargaku yg merasakan kehilangan, tapi kerabatnya pun juga begitu.
entah berapa lama aku terduduk menangis dilantai RS itu, aku masih ingat ketika aku menangis ,ada seseorang yang memelukku ari belakang dan memberikan nasihat “liaa, yang sabar yaa.. doa untuk alm ayah kamu, jangan nakal ya… ” dan masih banyak lagi yang dia bicarakan tapi aku sudah terlalu tuli untuk mendengar kata-kata itu, aku hanya berusaha meyakinkan diriku bahwa ini hanyalah mimpi. aku lihat seluruh orang yyang ada di ruangan ini, mereka nyata. dan aku tahu, ini bukan mimpi. ini sama sekali bukan mimpi!
aku masuk mobil jenazah ,bersama ibuku. ibuku terus berdoa dan aku enggan berkata-kata.
rumah yang baru aku tinggal kurang dari 1 jam tadi sudah berubah menjadi ramai, saudara,tetangga, semuanya berkumpul memberi tanda belasungkawa. aku diam, sakit, pedih rasanya menerima kenyataan ini.
Proses pemandian jenazah,aku tak mau ketinggalan, aku rasakan betul dinginnya tubuh ayahku. air mataku kembali mengucur,lalu aku putuskan untuk masuk kamar. menenangkan diri, dan sampai akhirnya aku tertidur di ruang tamu, dimana ayahku, ibuku, dan kakak-kakakku berrada. kebersamaan kami untuk terakhir kalinya
pemakaman ayahku, dilaksanakan pagi esok.
dad, i love you
PAGI 12 APRIL 2006
Rumah kami semakin ramai dikunjungi para pen-takziah , aku hanya bisa tersenyum betapa banyaknya yang menyatakan bela sungkawa mereka, aku menyadari bahwa ayahku adalah orang yang di sayangi oleh teman-temannya.
Shalat jenazah, ya, aku mengikutinya. saat doa aku masih bisa mendengar jelas suara ayahku. aku tak tahu apa itu hanya halusinasiku. tapi aku yakin beliau masih disisi kami :’(
proses pemakaman
hari itu sedikit mendung, sesuai dengan suasana hatiku yang “abu-abu”
aku berangkat menuju tempat pemakaman lebih dulu, mobil jenazah alm ayahku masih jauh dubelakang karena banyaknya kendaraan yang lalu lintas.
setibanya di  pemakaman
Hatiku Pedih, Sakit , melihat ayahku yang jasadnya tak akan pernah aku lihat lagi,seumur hidupku.
AKU SADAR, APA YANG TELAH AKU NILAI TERHADAP AYAHKU ITU SALAH!
Mulai dari SUBUH ,aku yang dulu mengharapkan beliau tidak akan membangunkanku untuk sholat dan mengaji, sekarang dan selamanya aku tak akan pernah lagi dibangunkan olehnya.
DZUHUR, aku yang dulu senang karena beliau pergi kerja lagi,kali ini beliaubenar-benar tidak akan kembali untuk memarahiku karena tingkahlakuku yang tidak sesuai dengan aturan
waktu ASHAR ,yang dulu aku berpura-pura bersikap baik, hanya karena tidak ingin dimarahi, sekarang aku menyesal karena tidak akan bisa memberikan kesan baik yang tulus untuk beliau :(
adzan MAGHRIB ,aku yang dulu sangat malas untuk sholat berjama’ah, kini aku tidak akan lagi merasakan sholat yang dipimpin oleh orang yang sangat berjasa dalam hidupku.
finally ISYA , inilah waktu  terakhirku bersama beliau. waktu dimana kami telah ‘selesai’ menjalankan kewajiban 5 waktu kami. dimana ayahku telah selesai menjalani kehidupan di dunia ini, dimana ia telah memberikanku banyak pelajaran untuk hidup. memberikan kasih sayang yang aku salah artikanselama ini.
Ayah, terimakasih telah mengasuhku selama ini, Ayah, maafkan aku yang selalu berbuat salah, maafkan aku .. maafkan aku ayah :’(
” Ya Allah, ampunila segala dosa-dosa ayahku ya Allah, Terimalah segala amal kebaikannya ya Allah, Hindarkan beliau dari percikan api neraka,siksa neraka,siksa kubur Mu yang kejam ya  Allah. Berikanlah beliau kenikmatan surgaMu ya allah, berikanlah beliau tempat terbaik di sisiMu ya Allah, jaga beliau ya Allah. lalu kumpulkanlah kami kembali pada beliau kelak di surga,
Amin :)



From Laila Zulaeha

Setelah Senja

Tak bisakah kau menerka, bahasa yang ku sampaikan lewat senja?
Mungkin jingganya tak sempurna, atau oranye menutupi merahnya
Dan batas samudera kian pudar, langit menelannya hingga separuh
Sedang waktu tak bisa ku putar, asaku tenggelam bersama gemuruh

Tak sanggupkah kau membaca, rautku kelam dalam malam?
Bergejolak hitam tanpa warna, mengeliat resah pada alam
Melolong sepi tak bersuara, bersenandung kidung bernada sunyi
Mengukur rasa tak bertuan, menanggung rindu tak bertepi

Tak dapatkah kau mengerti, isyarat yang ku kirim lewat puisi?
Kata kurangkai tanpa bisa berhenti, titik dan koma bagai saksi
Jari menari bersama kalam, menoreh tinta di atas lembaran kertas
Mencoba jabarkan harapan, yang mungkin memang tak pantas


                                                                                                                     
                                                                                                              From Agen Sagitarius

Senin, 04 November 2013

Rindu~

Hi,
untukmu, satu.

Tak habis kata, dengan perasaan yang ter-amat, untuk menoreh setiap butiran rindu bertahan disini.
Memaksa terlahir, hanya untuk diakui keberadaannya, diserta ditwitter, membuat semuanya menjadi setuju.
Melengkapi setiap detiknya waktu berjalan, menahan senyum dikulum rapat, meretak kata menjadi terbata-bata, memompa jantung mendegup organnya, memaksa diam dengan kamu dihadapan.

Rindu itu sederhana...
Hanya butuh malam untuk menguak keberadaannya. Dengan pinsil dan secarik kertas dihadapan, rindu itu buyar tak lagi tertalar. Menghantar partikel perasaan yang tak lagi bisa ditepis. Membayangkan senyumnya saja, dunia serasa direngkuh. Rindu itu mengalir begitu saja, ketika dia berada jauh dariku, ketika wujudnya tak lagi bisa kutangkap mata, ketika suaranya tak lagi bisa didengar telinga, ketika degup jantungnya tak lagi bisa kurasa. Tak dekat, maka muncullah satu rindu lagi.

Rindu itu sederhana...
Hanya butuh waktu sepersekian detik untuk mengimpulsnya ke otak melalui sumsum tulang belakang, menyebar rangsangnya keseluruh tubuh, hingga gerak refleksnya tertangkap panca indera. Berkaca-kaca melihat senyummu terpampang diatas sehelai foto, menghirup aroma bau tubuhmu yang disemprot parfume, mendengar apa yang selalu kamu ucap, mengecap rasamu, menghayat rangkulanmu ketika dingin itu kurasakan.

Rindu itu sederhana...
Hanya lewat lamunan, tak perlu banyak basa-basi. Tak perlu menghitung kecepatan rambat gelombang bunyi, tak perlu mencampur larutan O2 dengan CH3COOH, tak perlu menurunkan bilangan bervariable dengan integralnya, tak perlu menyerat 5W+1H, tak perlu mendownload software pengolah grafik, tak perlu mengubah versinya menjadi me, watashi, 'ana. Sesederhana itu, dengan mengabaikan separuh hidupmu di kampus.

Rindu itu sederhana...
Tentang aku yang terlalu banyak berpura-pura karena tak dapat dengan mudah mengumbarnya, menjadikannya sebuah tranding topic dijejaring sosial.
Tentang aku yang tak dapat mengakuinya kepada siapapun, membiarkannya lapur hanya dalam hati. Biarkan.
Dan masih tentang aku yang sudah terlanjur mengatas namakan namamu sebagai alasan aku terbangun disetiap malam. Aku menyebut namamu diseparuh malam, dalam gelap, sambil berbisik. Biarkan malaikat mencatat satu rinduku lagi, padamu.

Rindu itu sederhana...
Namun tak mudah, ketika rindu ini sudah dikodratkan hadir hanya padamu.
Kalau gula itu manis,
sudah pastikah segala yang asin itu garam?
Lalu, apakah cinta itu kamu?
Ya.
Aku selalu kehabisan alasan untuk sekedar menyangkalnya lagi dan lagi.

Aku merindukanmu, hanya kamu, dan selalu kamu.

Rindu itu sederhana...
Kali ini bukan untuk dia yang selalu kusebut the first one. Bukan untuk dia yang mengawali namanya dengan huruf A. Tapi untukmu. Untuk kamu yang menjadi satu-satunya alasan rindu ini terkuak sekarang. Untukmu yang tak pernah kalian tahu, dengan huruf apa kamu mengawali namamu.

Rindu itu sederhana...

Sabtu, 02 November 2013

Tiga Minggu Setelah Kepergianmu



Selama hampir tiga minggu setelah kamu memutuskan hubungan denganku. Aku masih sulit untuk menjalani hari-hari ini tanpamu. Aku masih terlihat baik-baik saja meskipun kamu tak lagi sering memberitahu kabarmu. Tapi, tidak munafik jika dalam rentan waktu tanpamu, aku masih sering merindukanmu.

Kamu masih menjadi sosok yang penting di kepalaku. Kamu masih menggenggam hatiku. Aku sedang berupaya lepas darimu. Sudah hampir tiga minggu aku menghela nafas, berharap kenangan kita tak lagi membuatku merasa perih, yang masih belum bisa kuterima. Mengapa kau pergi disaat aku sedang cinta-cintanya?

Seperti biasa, aku (berusaha keras) terlihat bahagia juga baik-baik saja. Aku tak tahu apakah selama ini kamu juga merasakan apa yg aku rasakan. Aku juga tak tahu apa kamu merasakan rindu sedalam yang ku rasakan. Kita saling tak tahu, seperti aku yang tak pernah tahu bagaimana sesungguhnya perasaanmu.

Dulu, aku sempat melihat cinta dimatamu, Sayang. Aku melihat dunia yang belum pernah aku singgahi, aku terjebak dalam bayang-bayangmu, dan aku tak mampu lagi menghindar pergi. Aku berhenti pada sosokmu, sementara ketika aku mulai ingin membangun segalanya bersamamu, kamu malah pergi. Kamu sudah membawa aku berjalan terlalu jauh. Aku percaya bahwa kamu akan menemaniku sampai perjalanan kita selesai, tapi ternyata kamu tidak menemaniku.

Sekali lagi aku katakan, melupakan tak akan pernah mudah. Merelakan yang pernah ada menjadi tidak ada adalah kerumitan yang belum tentu kautahu rasanya. Aku menulis ini saat aku terlalu lelah dihajar kenangan. Mengapa di otakku kautak pernah hilang barang sedetik saja? Perkenalan kita terlalu singkat untuk disebut cinta dan terlalu dalam jika disebut ketertarikan sesaat. Aku tak tahu harus diberi nama apa kedekatan kita dulu. Aku tak mengerti mengapa aku yang tak mudah tergoda ini malah begitu saja terjebak dalam perhatian dan tindakanmu yang berbeda. Kamu sangat luar biasa di mataku, dulu dan sekarang tetap sama.

Dan, aku masih menangisi juga menyesali yang sempat terjadi. Bertanya-tanya dalam hati, mengapa semua harus berakhir sesakit ini? Apa tujuanmu menyakitiku jika dulu kita pernah menjadi belahan jiwa yang enggan saling melepaskan? Aku tak tahu sedang berbuat apa kamu di sana. Aku tak lagi tahu kabarmu. Segala ketidaktahuanku mengantarkan perasaanku pada perasaan asing, rindu yang semakin hari semakin berontak. Rindu yang meminta pertemuan nyata. Rindu yang memaksa dua orang yang sekarang berjauhan untuk kembali berdekatan.

Aku benci harus mengakui ini. Aku sering merindukanmu dan memendam perasaanku. Tersiksa dengan angan sendiri, mengiris hati dengan kemauan sendiri. Aku ingin mengaku (dengan sangat terpaksa) bahwa aku masih mencintaimu dan berharap kamu kembali, walaupun hanya untuk menenangkanku dan berkata bahwa segalanya akan baik-baik saja.