Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Kali ini saya akan bercerita tentang seorang penulis terkenal
di Indonesia. Siapa beliau? Beliau adalah seorang sastrawan Indonesia banyak
penulis yang belajar dengan beliau
sebelum menjadi penulis. Sebenarnya penulis yang saya kagumi itu sangat banyak
mulai dari Habiburrahman, Andrea Hirata, dan yang satu ini akan aku bahas bukan
hanya segitu penulis yang aku kagumi masih sangat banyak apalagi jika ditambah
penulis luar negri. Seperti yang ada di bio saya saya adalah seorang cerpenis
yang akan menjadi penulis novel best seller internasional AMINNNNNNNN.
Penulis
yang satu ini adalah Helvy Tiana Rosa (lahir di Medan, Sumatera
Utara, 2
April 1970; umur
42 tahun) adalah sastrawan, Pendiri Forum Lingkar Pena dan dosen di Fakultas
Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Jakarta. Gak mau
kalah sama dek Aika yang kemaren juga bahas Bunda :D aku udah pernah ketemu
bunda diacara peluncuran sebuah buku yang sekarang menjadi best seller yaitu “Sejuta
Pelangi” sebelumnya aku pernah ikut latihan kepenulisan bersama Bunda Asma
Nadia adik kandung Bunda Helvy. Pernah datang juga waktu ada acara kepenulisan
di UI. Yap benar sekali kalau anda berfikir saya adalah seorang remaja yang
sering ikut acara seperti ini dibanding hura-hura. Membaca buku yang merupakan
suatu kebiasaan menurut saya maka sudah
biasa untuk pergi ke perpustakaan nasional dan perpustakaan lainnnya. Oke,
balik lagi ke Bunda Helvy pertama kali bunda Helvy menulis
Tahukah
engkau apa itu cinta?
Engkau
menenggelamkan dirimu pada airmata
Duh,
sedih ya? Tapi dua kalimat di atas memang tertulis di buku harian saya, saat
saya duduk di kelas I-8 di SMAN 5 Jakarta. Waktu itu saya menyukai seorang
pemuda pintar dan pendiam, sebut saja IT. Tapi jangankan menyapa, ia bahkan tak
pernah melirik jika saya lewat di depan kelasnya.
Saya tidak tahu pasti apakah tulisan sekilas
itu sampai atau tidak pada IT. Namun suatu ketika di buku saya, saya temukan
tulisan IT. Surprise. Saya berjingkrak kegirangan karena ia menulis puisi untuk
saya! Ya, untuk saya! Tapi saya ternganga saat membacanya. IT sedang jatuh
cinta.Tapi bukan pada saya. Pada seseorang yang disebutnya “dinding dingin yang
tak bernama” itu. Bukan. Memang benar-benar bukan saya, pikir saya sedih. Sebab
saya bukan “dinding”, tidak “dingin” dan jelas bukannya “ tak bernama.”. “IT
senang pada gadis cantik yang pintar dan pendiam,” kata teman-teman di sekolah.
Hmmm, itu bukan saya. Saya tercirikan sebagai gadis aktif yang nggak bisa
diatur, meski ya baik dan sedikit pintarlah. “Dia suka yang jago matematika dan
fisika.”Kali ini pasti bukan saya! Anehnya inspirasi saya dalam
menulis tetap IT. Mading sekolah penuh dengan puisi dan cerpen saya yang saya
tulis dengan berbagai nama samaran. Setiap tugas mengarang yang diberikan guru
bahasa Indonesia tak lagi diberi A, tapi A+, disertai catatan kecil: kembangkan
bakatmu! “Terimakasih atas luka itu, IT.” Harus saya akui, kamulah
yang membuat saya sampai. Bukan sampai padamu, memang, namun sampai di jalan
ini. Bermula dari puisi, kemudian cerpen, novel, drama, saya pun tak lagi
pernah berhenti menulis segala.... Sejak tahun 1988, IT tentu saja tak lagi
menjadi inspirasi saya! Saya menulis karena sesuatu--yang jauh lebih besar---
WOW HEBAT BUKAN? Dan akupun menglaminya (mau tau ceritaku menulis itu
inspirasinya dari seorang gadis yang sangat soleha next in part).
Yang sungguh hebat adalah ketika Bunda Helvy mulai
mengenakan jilbab pengorbanannya sungguh besar dan pada masa itu Depdikbud:
Dilarang mengenakan jilbab di sekolah! Tapi bunda Helvy tetap nekat pakai
jilbab bahkan saat EBTANAS bunda tetap pakai jilbab hasilnya bunda ujian dengan
waktu 30 menit? Tapi bunda bisa keterima di UI hebat kan? Pendapat bunda sama
dengan saya yaitu Tentu saja jilbab bukan menjadi
satu-satunya indikator ketakwaan seseorang. Tetapi jilbab menjadi salah satu
realisasi amaliyah dari keimanan kita (iman harus dibuktikan dengan amal
bukan?). Dan pada akhirnya amal tersebut akan menunjukkan sisi ketakwaan kita.
(lihat di pos blog saya sebelumnya disitu ada alasan saya dan bunda Helvy kenapa
berjilbab)
Back to Menulis and Bunda Helvy menurut beliau menulis itu
harus bisa menghasilkan karya yang bernilai ibadah, sebenarnya itu saja. Tulisan
harus bisa mencerahkan orang lain, dan harus bisa membuat orang lain bergerak.
Tetapi bukan hanya orang lain saja, tentunya yang pertama kali penulisnya dulu,
karena tulisan yang baik itu adalah tulisan yang bisa mencerahkan dan membuat
si penulis maupun orang yang membacanya bergerak dalam artian setelah membaca
tulisan itu dapat melakukan sesuatu yang lebih baik. Menulis itu tidak penting
soal latar belakangnya, yang terpenting tekad dan latihan, bakat itu bonus dari
Allah, tergantung bagaimana kita mengasahnya, meskipun tidak mempunyai latar
belakang sastra sangat bisa untuk menjadi sastrawan. “Apa tujuan seseorang menulis?
Paling tidak, ada tiga tujuan saya dalam menulis: nashrul fikrah (menyebarkan pemikiran), tanmiyatul kaffah (mengembangkan
kemampuan), dan kasbu’lma’isyah (menambah
penghasilan).”
Untuk menjadi seorang
penulis itu perlu :
Ø
Suka
membaca
Ø
Mencintai
bahasa
Ø
Menulis
catatan harian
Ø
Korespondensi
Ø
Latihan
deskripsi dan imajinasi
Ø
Hobi
meneliti dan berdiskusi
Ø
Publikasikan
karya Anda!
Ada kata-kata Bunda yang sangat saya
suka “Penulis itu bukan karena bakat, bakat hanya 10% tapi
tekad wawasan dan latihan”