Rabu, 25 April 2012

Menulis itu. . . . .

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Kali ini saya akan bercerita tentang seorang penulis terkenal di Indonesia. Siapa beliau? Beliau adalah seorang sastrawan Indonesia banyak penulis yang  belajar dengan beliau sebelum menjadi penulis. Sebenarnya penulis yang saya kagumi itu sangat banyak mulai dari Habiburrahman, Andrea Hirata, dan yang satu ini akan aku bahas bukan hanya segitu penulis yang aku kagumi masih sangat banyak apalagi jika ditambah penulis luar negri. Seperti yang ada di bio saya saya adalah seorang cerpenis yang akan menjadi penulis novel best seller internasional AMINNNNNNNN.



Penulis yang satu ini adalah Helvy Tiana Rosa (lahir di Medan, Sumatera Utara, 2 April 1970; umur 42 tahun) adalah sastrawan, Pendiri Forum Lingkar Pena dan dosen di Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Jakarta. Gak mau kalah sama dek Aika yang kemaren juga bahas Bunda :D aku udah pernah ketemu bunda diacara peluncuran sebuah buku yang sekarang menjadi best seller yaitu “Sejuta Pelangi” sebelumnya aku pernah ikut latihan kepenulisan bersama Bunda Asma Nadia adik kandung Bunda Helvy. Pernah datang juga waktu ada acara kepenulisan di UI. Yap benar sekali kalau anda berfikir saya adalah seorang remaja yang sering ikut acara seperti ini dibanding hura-hura. Membaca buku yang merupakan suatu kebiasaan menurut saya maka sudah biasa untuk pergi ke perpustakaan nasional dan perpustakaan lainnnya. Oke, balik lagi ke Bunda Helvy pertama kali bunda Helvy menulis

Tahukah engkau apa itu cinta?
Engkau menenggelamkan dirimu pada airmata
Duh, sedih ya? Tapi dua kalimat di atas memang tertulis di buku harian saya, saat saya duduk di kelas I-8 di SMAN 5 Jakarta. Waktu itu saya menyukai seorang pemuda pintar dan pendiam, sebut saja IT. Tapi jangankan menyapa, ia bahkan tak pernah melirik jika saya lewat di depan kelasnya.


Saya tidak tahu pasti apakah tulisan sekilas itu sampai atau tidak pada IT. Namun suatu ketika di buku saya, saya temukan tulisan IT. Surprise. Saya berjingkrak kegirangan karena ia menulis puisi untuk saya! Ya, untuk saya! Tapi saya ternganga saat membacanya. IT sedang jatuh cinta.Tapi bukan pada saya. Pada seseorang yang disebutnya “dinding dingin yang tak bernama” itu. Bukan. Memang benar-benar bukan saya, pikir saya sedih. Sebab saya bukan “dinding”, tidak “dingin” dan jelas bukannya “ tak bernama.”. “IT senang pada gadis cantik yang pintar dan pendiam,” kata teman-teman di sekolah. Hmmm, itu bukan saya. Saya tercirikan sebagai gadis aktif yang nggak bisa diatur, meski ya baik dan sedikit pintarlah. “Dia suka yang jago matematika dan fisika.”Kali ini pasti bukan saya! Anehnya inspirasi saya dalam menulis tetap IT. Mading sekolah penuh dengan puisi dan cerpen saya yang saya tulis dengan berbagai nama samaran. Setiap tugas mengarang yang diberikan guru bahasa Indonesia tak lagi diberi A, tapi A+, disertai catatan kecil: kembangkan bakatmu! “Terimakasih atas luka itu, IT.” Harus saya akui, kamulah yang membuat saya sampai. Bukan sampai padamu, memang, namun sampai di jalan ini. Bermula dari puisi, kemudian cerpen, novel, drama, saya pun tak lagi pernah berhenti menulis segala.... Sejak tahun 1988, IT tentu saja tak lagi menjadi inspirasi saya! Saya menulis karena sesuatu--yang jauh lebih besar--- WOW HEBAT BUKAN? Dan akupun menglaminya (mau tau ceritaku menulis itu inspirasinya dari seorang gadis yang sangat soleha next in part).



Yang sungguh hebat adalah ketika Bunda Helvy mulai mengenakan jilbab pengorbanannya sungguh besar dan pada masa itu Depdikbud: Dilarang mengenakan  jilbab di sekolah! Tapi bunda Helvy tetap nekat pakai jilbab bahkan saat EBTANAS bunda tetap pakai jilbab hasilnya bunda ujian dengan waktu 30 menit? Tapi bunda bisa keterima di UI hebat kan? Pendapat bunda sama dengan saya yaitu Tentu saja jilbab bukan menjadi satu-satunya indikator ketakwaan seseorang. Tetapi jilbab menjadi salah satu realisasi amaliyah dari keimanan kita (iman harus dibuktikan dengan amal bukan?). Dan pada akhirnya amal tersebut akan menunjukkan sisi ketakwaan kita. (lihat di pos blog saya sebelumnya disitu ada alasan saya dan bunda Helvy kenapa berjilbab)



Back to Menulis and Bunda Helvy menurut beliau menulis itu harus bisa menghasilkan karya yang bernilai ibadah, sebenarnya itu saja. Tulisan harus bisa mencerahkan orang lain, dan harus bisa membuat orang lain bergerak. Tetapi bukan hanya orang lain saja, tentunya yang pertama kali penulisnya dulu, karena tulisan yang baik itu adalah tulisan yang bisa mencerahkan dan membuat si penulis maupun orang yang membacanya bergerak dalam artian setelah membaca tulisan itu dapat melakukan sesuatu yang lebih baik. Menulis itu tidak penting soal latar belakangnya, yang terpenting tekad dan latihan, bakat itu bonus dari Allah, tergantung bagaimana kita mengasahnya, meskipun tidak mempunyai latar belakang sastra sangat bisa untuk menjadi sastrawan. “Apa tujuan seseorang menulis? Paling tidak, ada tiga tujuan saya dalam menulis: nashrul fikrah (menyebarkan pemikiran), tanmiyatul kaffah (mengembangkan kemampuan), dan kasbu’lma’isyah (menambah penghasilan).”

Untuk menjadi seorang penulis itu perlu :
Ø  Suka membaca
Ø  Mencintai bahasa
Ø  Menulis catatan harian
Ø  Korespondensi
Ø  Latihan deskripsi dan imajinasi
Ø  Hobi meneliti dan berdiskusi
Ø  Publikasikan karya Anda!
Ada kata-kata Bunda yang sangat saya suka Penulis itu bukan karena bakat, bakat hanya 10% tapi tekad wawasan dan latihan”

3 komentar:

  1. waah ada namakuu wekeke~
    cocok nih bacaan buat semangat nulisku yg lagi down haha

    BalasHapus
  2. alhamdullilah kalau gitu semoga bermanfaat ya dek :)
    coba kirim ceritamu ke PBC dek...

    BalasHapus
  3. sudah kak :) Alhamdulillah, diterima, walaupun prosesnya makan setahun lebih :(

    BalasHapus