Sabtu, 22 Maret 2014

Sore itu, Hujan dan Kamu



“kau tahu kenapa kemarin hujan turun?
yang ku tahu dia ingin menahan kita di sini
hingga ingin kubuatkan waktu konstan
biar waktu berlalu begini selamanya
meski kutahu probabilitas-nya nol”

Hujan kemarin indah bukan? Kau bersamaku, kemarin. Ada getaran indah yang ku rasakan, apa kau juga merasakan getaran itu? Senja itu kita habiskan waktu bersama, saat rintik hujan membasahi butiran tanah. Kau bercerita denganku hingga waktu terus berlalu.
Dalam dingin senja ini kita terpaku, tak membisu masih berkata. Saat canda dan cerita kau, buat menghangatkanku. Secangkir teh bahkan tak mengubah apapun, sesekali kita melihat hujan dibalik jendela. Terduduk disofa soklat dan mengerjakan soal, secangkir teh yang hampir habis kau biarkan tergeletak diatas meja.
Gemericik air hujan diatas genteng tak kita hiraukan, mereka seolah sedang melantunkan nada-nada cinta untuk kita. Cicak mengintipi dibalik figura, ikan-ikan mas berenangria diakuarium melihat kita bersama. Sesekali ku palingkan pandangan pada jam dinding, detak jarum jam itu ingin ku hentikan.
Aku cinta hujan, terlebih saat aku bersamamu. 
Hujan dan kamu adalah kombinasi sempurna. Hujan turun dan kau tersenyum padaku, bahagia itu sederhana. Hujan membawa bebanku pergi untuk sementara dan senyummu merasuk hatiku dan membawa ketenangan. Kamu dan hujan adalah kombinasi terindah yang pernah kuketahui. Hujan memberi sentuhan magisnya. Hujan mengembalikan hati yg keruh menjadi bening. Aku suka peran hujan itu.

Kenapa aku sekarang sangat menyukai hujan?
Karena kau adalah salah satu alasannya
Kenapa aku sangat suka menunggu hujan datang?
Karena saat itu juga, aku memandang tetesannya yang jatuh satu persatu
Mengulur telapak tangan untuk menyentuh kesejukannya
Kemudian membaur dengan aroma tanah
Mendengarkan mereka berjatuhan dengan mata tertutup
Menciptakan irama ketika mereka bersatu
Seolah mereka berbincang tentang kau dan aku...

Terlalu banyak ruang yang tak bisa aku buka.
Dan, kebersamaan hanya memperbanyak ruang tertutup.
Mungkin, jalan kita tidak bersimpangan. Ya, jalanmu dan jalanku.
Meski diam-diam, aku mencintamu dengan malu-malu.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar