“kau tahu kenapa kemarin hujan turun?
yang ku tahu dia ingin menahan kita di sini
hingga ingin kubuatkan waktu konstan
biar waktu berlalu begini selamanya
meski kutahu probabilitas-nya nol”
Hujan
kemarin indah bukan? Kau bersamaku, kemarin. Ada getaran indah yang ku rasakan,
apa kau juga merasakan getaran itu? Senja itu kita habiskan waktu bersama, saat
rintik hujan membasahi butiran tanah. Kau bercerita denganku hingga waktu terus
berlalu.
Dalam dingin senja ini kita terpaku,
tak membisu masih berkata. Saat canda dan cerita kau, buat menghangatkanku.
Secangkir teh bahkan tak mengubah apapun, sesekali kita melihat hujan dibalik
jendela. Terduduk disofa soklat dan mengerjakan
soal, secangkir teh yang hampir habis kau biarkan tergeletak diatas meja.
Gemericik air hujan diatas genteng
tak kita hiraukan, mereka seolah sedang melantunkan nada-nada cinta untuk kita.
Cicak mengintipi dibalik figura, ikan-ikan mas berenangria diakuarium melihat
kita bersama. Sesekali ku palingkan pandangan pada jam dinding, detak jarum jam
itu ingin ku hentikan.
Aku
cinta hujan, terlebih saat aku bersamamu.
Hujan dan kamu adalah kombinasi
sempurna. Hujan turun dan kau tersenyum padaku, bahagia itu sederhana. Hujan
membawa bebanku pergi untuk sementara dan senyummu merasuk hatiku dan membawa
ketenangan. Kamu dan hujan adalah kombinasi terindah yang pernah kuketahui. Hujan
memberi sentuhan magisnya. Hujan mengembalikan hati yg keruh menjadi bening.
Aku suka peran hujan itu.
Kenapa aku
sekarang sangat menyukai hujan?
Karena kau
adalah salah satu alasannya
Kenapa aku
sangat suka menunggu hujan datang?
Karena saat
itu juga, aku memandang tetesannya yang jatuh satu persatu
Mengulur telapak tangan
untuk menyentuh kesejukannya
Kemudian
membaur dengan aroma tanah
Mendengarkan
mereka berjatuhan dengan mata tertutup
Menciptakan
irama ketika mereka bersatu
Seolah
mereka berbincang tentang kau dan aku...
Terlalu
banyak ruang yang tak bisa aku buka.
Dan, kebersamaan hanya memperbanyak ruang tertutup.
Mungkin, jalan kita tidak bersimpangan. Ya, jalanmu dan jalanku.
Meski diam-diam, aku mencintamu dengan malu-malu.
Dan, kebersamaan hanya memperbanyak ruang tertutup.
Mungkin, jalan kita tidak bersimpangan. Ya, jalanmu dan jalanku.
Meski diam-diam, aku mencintamu dengan malu-malu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar