“Seorang lelaki sederhana yang senyumnya menyimpan banyak tanya, yang tawanya menghadirkan cerita, yang tatapannya mengganggu laju kerja otak, dan gerak geriknya agar tidak melewati setiap inci perpindahanya”
Lalu semua terjadi begitu
saja. Saat sapa lembutnya menjaring nyata menyentuh gendang telinga, saat
percakapan kecil yang hanya sebuah kata berubah menjadi deretan narasi nyata,
aku dan dia, mengalir begitu saja, seperti curah lembut hujan yang jatuh ke
permukaan. Kita tertawa bersama, kita menghabiskan waktu bersama, tanpa tahu
ada perasaan yang diam-diam menjelma menjadi sebuah rasa yang berbeda dan mulai
mengisi labirin-labirin ruang kosong yang telah lama tak diisi.
Dia mengajariku
banyak hal. Cara tersenyum dalam kesulitan, cara tertawa dalam kesedihan, cara
mengehargai perbedaan, cara melakukan kebaikan, cara untuk selalu bersyukur, dan
cara bersabar dalam menghadapi segala hal. Aku tahu semua begitu indah.
Tahu-tahu sosokmu
menjadi sangat penting dalam setiap bangun pagi hingga tidur malamku. Sedetik,
semenit, sejam, seharian, hanya dia saja yang begitu rajin menghampiri otakku. Bahkan,
aku pikir entah sejak kapan laju kerja fungsi otakku bekerja lebih cepat jika tentangnya.
Perkenalan kita
sangat instan. Satu bulan ditambah beberapa hari. Begitu singkat perkenalan
kita, tapi ternyata semuanya melekat di dalam rongga pikiran. Empat Agustus
2017, aku masih mengingatnya saat kita pertama kali bertemu di bus. Kau berdiri
di depanku dengan senyuman dan rentetan cerita panjang yang membuatku terdiam
menjadi pendengar yang baik untukmu. Aku selalu belajar menjadi pendengar yang
bain untukmu dan diam diam aku senang mendengar setiap cerita yang keluar
darimu. Terkadang, aku menunggu cerita darimu tentang apa yang kau lakukan dan
bagaimana harimu setiap menitnya. Aku mengagumimu sejak pertemuan sederhana
itu, sejak takdir mempertmukan kita. Aku percaya, kita dipertemukan pastilah karena
sebuah alasan entah itu sebuah anugerah atau justru sebuah pelajaran.
Sepertinya aku
mencintaimu, pada setiap percakapan kecil yang berubah menjadi perhatian
sederhana yang kau perlihatkan.
Sepertinya aku
mencintaimu, dengan kebisuan yang kau sampaikan padaku lewat setiap kalimat
dalam teks singkat setiap harinya.
Sepertinya aku
mencintaimu, karena aku sering merindukanmu bahkan aku tak tahu entah sejak
kapan aku memulainya.
Sepertinya aku
mencintaimu, kepadamu yang hadir menyelinap ke dalam dimensi ruang dan waktuku
dengan kesederhanaanmu.
Ciputat, 29
Oktober 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar