“Makan keluar yuk? Di resto mana gitu... pusing habis hujan!”
ucap Anya kepada kami berdua. Aku pun mengiyakan. Kami butuh refreshing
setelah berjam-jam tadi berkutat dengan soal-soal ujian yang membuat
kepala ini terasa berat. Seperti biasa, Iffah menggeleng. “Ibumu sudah
masak lagi?” tanya Anya.
Iffah mengannguk.
“Emang kamu gak bosan, makan masakan Ibu terus?” tanya Anya lagi.
Iffah diam tak menjawab.
“Masakan Ibumu enak banget ya? Enakan mana sama masakan restoran?” Anya mencecar. Temanku hanya tertawa kecil.
“Aku
traktir deh!” ujar Anya tak sabar. Iffah tetap menggeleng. Aku sudah
bisa menduga jawabannya. “Aku nggak tega... ibuku sudah masak,” ucap
Iffah singkat.
Anya menghela napasnya tanda pasrah
karena tak juga berhasil membujuk Iffah. Iffah memang paling enggan
kalau diajak makan diluar. Iffah hanya mau makan di luar kalau ibunya
memberi tahu bahwa ibunya tidak memasak hari itu.
Kalaupun pada akhirnya Iffah harus “mengalah” dan mengikuti
teman-temannya untuk makan bersama di luar, Iffah akan mencicipi makanan
sedikit saja. Dia sengaja tidak membiarkan perutnya kenyang, karena ia
akan menikmati masakan ibunya di rumah.
Pernah juga
dalam suatu kesempetan ia bercerita, “Suatu hari aku pernah memesan ikan
di di sebuah restoran karena aku sedang ingin makan di luar. Tapi
nyatanya, restoran yang enak itu jadi tidak berasa di lidahku. Bukan
karena salah resep tapi karena aku tidak tega pada Ibu yang sudah masak
untuk anak-anaknya dan akhirnya aku makan masakan ibu lagi deh dengan
tertawa riang Iffah menceritakannya.”
Banyak cara untuk
menghormati orang tua meski kadang kesannya lewat hal sepele. Selain
Iffah ada cerita lain lagi seperti, dia selalu membalas sms ibunya atau
bahkan dia selalu sms ibunya sekalipun dalam keadaan sangat sibuk.
Walaupun ada yang bilang “Sms-an sama Ibu?” sama pacar dong. Menurutku
itu salah kasih ibu sepanjang masa memang benar adanya sedangkan pacar
belum tentu menjadi pangeran dunia akhirat kita nantinya.
Aku jadi teringat dengan sahabatku Nova dia orangnya baik walaupun
kadang terkesan cuek dan lebih memilih mengatakan apa yang sesungguhnya
tanpa peka dengan perasaan orang lain. Tapi Nova itu sangat menghargai
mamanya dia selalu membawa makanan untuk mamanya kalau dia pulang dari
suatu tempat seperti jalan-jalan, kemanapun dia pergi pasti pulangnya
membawa makanan untuk mamanya . Nova selalu membawa oleh-oleh untuk
mamanya dan Mamanya Nova ini baik hehe :D
Cerita Nova
dan Iffah mengingatkanku kejadian makan-makan di kelas kemarin. Ada
teman sekelasku yang ulang tahun dan dia mentraktir anak-anak di kelas,
tapi aku memilih tidak ikut makan di kantin karena aku sudah di beri
bekal oleh Bunda. Walaupun mereka bilang nasi yang aku bawa dimakan
siang aja tapi aku gak bisa sekalipun makanan di kantin itu sangat
sangat enak aku tidak bisa ikut makan, maaf bukan maksudku menolak
teman.
Kasih ibu memang luar biasa cinta ibu sehangat
mentari yang selalu menyapa pagi. Kadang aku suka bertanya pada diri ini
mungkinkah aku bisa seperti mereka? Yang rela bangun paling pagi
sebelum yang lain terbangun kemudian disibukkan dengan rutinitas memasak
memotong serta mendidik anak-anaknya seharian? Ditambah pekerjaan rumah
tangga yang rasanya tak kunjung usai? Kemudian tidur paling larut
setelah yang lain tidur. Duh... sungguh besar tugas seorang ibu. Siapa
yang meremehkan seorang ibu sungguh ia akan menyesal dikemudian harinya.
Jika Iffah punya hobi makan di rumah dan sahabatku Nova yang selalu
memberikan sesuatu untuk ibunya bagaimana dengan kita?
Apa saja yang sudah kita lakukan untuk menyenangkan hati ibu kita?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar