Cerita
ini masih tentang kamu. Kamu seperti laju reaksi diberi katalis dipikaranku,
bahkan lajunya tak terhitung tiap detik sekali. Cerita ini masih melulu tentang
kamu. Cerita yang tak pernah tahu akhirnya bagaiman. Cerita yang tak pernah
bisa aku tutup begitu saja. Cerita yang akhir ceritanya seperti awan yang
mendung ingin hujan tapi tak mampu, ingin cerah tapi sudah tak bisa. Lagi-lagi tulisan
ini masih tentang kamu. Kamu yang selalu dinanti dalam sebait kata untuk awali
hari. Kamu yang selalu didamba dalam tautan kata untuk menutup letihnya hari. Cerita
ini masih tentang kamu. Kamu yang selalu mampu membuatku menulis
berlembar-lembar. Kamu yang mampu mematikan lakuku hanya dengan setipis senyum bulan sabitmu. Entah sampai
kapan ini tulisan ini masih tentang kamu. Kamu yang selalu mampu membuat
percakapan yang menyenangkan dan mendewasakan. Kamu yang mampu diajak bertukar
pikiran dan membuka pandangan hidup lebih luas. Kamu yang menyebalkan tetapi
kurindukan.
Semuanya
masih tentang kamu, rindu yang enggan pergi, cerita yang hanya berbalas sepi
dan senja yang kunikmati sendiri. Bahwa semuanya masih tentang kamu, senyum
manis yang pernah mengukir cerita indah, pengorbanan yang tak akan pernah
ternilai dengan ribuan kalimat. Dan juga kejadian kejadian yang mampu
mempertemukan rasa kangen dengan rindu. Terkadang aku benci merindukan kamu,
tetapi aku lebih benci lagi ketika aku sadar, aku bukan lagi siapa-siapa kamu
dan rindu hanya bisa tersampaikan dengan tulisan ini.
Tahukah kamu? Kamu adalah nama yang
paling sering aku bicarakan dengan Allah. Di ujung ujung doaku, di tepian sujud
sujudku, nyaris tak pernah lupa kusebut namamu. Kamu adalah tetes hujan yang
kubiarkan mengalir di sisi wajahku. Mengalir dalam buaian yang tanpa berima,
menyatu menjadi air mata, lalu menyembunyikan semua gundah gulanaku dalam tawa
yang tersungging di sudut bibir. Kamu adalah langkah yang tak terengkuh,
membiarkanku jatuh tanpa sempat tergapai tangan, memberikanku ruang ruang untuk
berharap lalu merindu tanpa berkesudahan. Dan aku, memilih untuk terlarut dalam
pengharapan yang kamu berikan.
Kamu adalah segumpal bayang di masa
lalu, namun menepak dan membekas dalam jangka dan dimensi waktu yang Allah
hanya tahu. Lagi-lagi ini masih tentang kamu.
Sabtu, 26 Juli 2014 dari cerita lama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar