Senin, 12 Juni 2017

Menunggu atau Mengikhlaskan?




Yeay, setelah sibuk pindah kosan yang ke-5 kali (satu kali lagi dapet gelas kayanya) -__- akhirnyaa bisa ngeblog tulisan ini. Belakangan ramai mengenai tulisan “menunggu” selama 14 Tahun di film AADC 2 atau kalau dulu ada Perahu Kertas, yang sering baca novel juga pasti familiar sama Winter in Tokyo penantian sejak kecil Keiko.

Menunggu ‘dia’ dalam diam memang akan terlihat manis sekali tertambah selalu mendo’akannya di sepertiga malam dalam jangka waktu yang cukup lama. Tapi, terkadang bukan persoalan tidak bisa menunggu atau tidak bertahan tapi persoalan rasa sakit yang akan lebih besar lagi jika memutuskan tetap menunggu. Menunggu tak seharusnya mengabiskan waktu membuatmu bertanya-tanya. Jika yang kita tunggu adalah seseorang yang belum pasti untukmu dan dia yang mati rasa; mati rasa dari mencintaimu, menghargaimu, menghormatimu dan mati rasa kepeduliannya. Bisakah kau bayangkan bagaimana sia-sianya menunggu? Atau bagaimana jika justru menunggu akan menjauhkan kamu dari orang yang sebenarnya tepat untuk dirimu? :’)


Ketika hatimu terlalu berharap kepada seseorang. Maka Allah timpakan ke atas kamu pedihnya sebuah pengharapan. Supaya kamu mengetahui bahwa Allah sangat mencemburui hati yang berharap selain Dia. Maka Allah menghalangi kamu daripada perkara tersebut. Agar kamu kembali berharap hanya kepadaNya. (Imam Syafi’i)


Allah menakdirkan sebuah pertemuan dengan suatu alasan, entah itu anugerah atau pelajaran berharga dalam hidup. Betapa tak adilnya kita selama ini. Kita palingkan hati kita untuk mengingat ciptaanNya bukan Dia. Tak jarang isi kepala kita hanya memikirkan seseorang, yang belum tentu memikirkan kita. Tak jarang pula kita memikirkan dunia serta isinya yang membuat kita terlena. Bahkan disela-sela ibadah sholat kita yang membuat kita tak khusyuk benar-benar ingin mendekatkan diri kepada Allah. Padahal jelas, Allah sangat sayang kepada kita, dia yang berikan rasa cinta itu kepada kita.


Lalu apa yang kita bisa lakukan? Menjaga hati dan terus memperbaiki diri. Well, kita tida perna tahu apakah kita dipertemukan seseorang untuk sebuah perpisahan atau berpisah untuk sebuah pertemuan yang indah. Karena seseorang datang dan pergi silih berganti dalam hidup kita. Kita sadar bahwa Allah lah sang maha pembolak balik hati. Terkadang iman kita di atas dan di bawah. Lupa kita dengan segala rahmat dan rezeki yang Allah berikan, sejak dari lahir sampai sekarang ini. Memberikan rezeki sebagaimana yang kita minta, bahkan tak sekedar yang kita minta, Allah lebih memilihkan yang benar-benar kita butuhkan dan terbaik untuk kita. Maka mintalah keridhaan Allah terhadap kita. Dengan menjaga hati kita untuk Allah, semoga iman kita berada diantaranya dan cenderung meningkat setiap waktu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar